Nomor Tujuh Belas
***
Suatu sore, kulihat seorang bocah laki-laki berkejar-kejaran dengan beberapa temannya. Satu hal yang cukup menyita perhatianku adalah baju yang dikenakannya. Si bocah itu mengenakan kaus merah dengan gambar burung garuda di bagian dada. Dan, kaus itu bernomor punggung tujuh belas. Di atas nomor tertera jelas satu kata: IRFAN.
Ah… Andai saja Alfred Riedl mampu melihat asa di mata bocah itu…
***
Saya yakin, di negeri ini, jutaan orang yang sebagian besar adalah anak-anak, bangga memakai kaus timnas dengan nomor tujuh belas, seperti bocah tadi. Itu artinya, jutaan anak di negeri ini menggantung asa yang tinggi kepada pemain timnas, sang pujaan hati dan idola mereka. Pun, jutaan anak di negeri ini ingin melihat timnas berprestasi lewat bintang pujaannya pula. Asa dan mimpi yang sudah puluhan tahun tidak terwujud.
Sayangnya… Asa, harapan, dan impian anak-anak itu harus lenyap. Lenyap ditelan arogansi dan tirani petinggi sepakbola di Jakarta sana. Para dedengkot otoritas sepakbola nasional kebakaran jenggot dengan putusan hijrahnya Irfan yang memilih berkompetisi di sebuah liga baru yang kata Sekjen PSSI “tak ada bedanya dengan pertandingan antar kampung alias tarkam”.
Dugaan saya, keputusan Alfred Riedl mendepak Irfan dari skuad timnas tidak murni dari hati nuraninya. Saya yakin, jajaran pengurus pusat PSSI-lah yang menginstruksikan Alfred Riedl untuk membuang nama Irfan. Alasannya? Apalagi kalau bukan alergi dengan LPI. Ini artinya, kepentingan politik sudah menghegemoni dunia olahraga. Kalau sudah seperti itu, mungkinkah prestasi datang jika kepentingan politik menggerogoti sportivitas?
***
Dengan logika saya, kalau saya jadi Irfan, saya lebih memilih tinggal di Negeri Kincir Angin yang, secara kualitas, jauh lebih baik dibanding Negeri Zamrud Khatulistiwa ini. Kenyataannya, seorang Irfan rela kembali ke negeri asal leluhurnya, demi mewujudkan asa anak bangsa.
***
Saya pribadi tidak meragukan nasionalisme dan patriotisme seorang Irfan. Buktinya, Irfan memilih tanggal lahir republik ini sebagai nomor punggungnya.
Ngaliyan, 19 Maret 2011
*) Penulis adalah pemerhati sepakbola.