Suatu Negeri
***
Kata orang, negeri itu dulu gemah ripah loh jinawi.
Kata orang, negeri itu dulu lautnya bak kolam susu.
Kata orang, negeri itu dulu tongkat kayu dan batu bisa jadi tanaman.
Kata orang, negeri itu dulu tata tentrem kerta raharja.
Kata orang, negeri itu dulu dihuni masyarakat yang ramah, penuh unggah-ungguh, dan menjunjung tinggi norma.
Kata orang, negeri itu dulu laksana untaian zamrud di khatulistiwa, negeri terpanjang di lingkaran equatorial bumi.
Kata orang, negeri itu dulu pernah dihuni Pithecanthropus Erectus, makhluk mirip manusia yang sudah bisa berjalan tegak.
Kata orang, negeri itu dulu sekali pernah dihuni peradaban Atlantis, sekitar 11600 tahun lampau.
Kata orang, negeri itu dulu pernah berjaya Sriwijaya, kerajaan maritim terbesar pada masanya.
Kata orang, negeri itu dulu pernah bersinar Majapahit, yang didirikan oleh Sanggrama Wijaya Kertarajasa Jayawardhana.
Kata orang, negeri itu dulu paru-paru dunia, karena saking luas hutannya selain Amazon dan belantara Afrika.
Kata orang, negeri itu dulu sumber rempah-rempah dunia, sampai-sampai orang Eropa ribuan kilometer nun jauh di sana rela berbondong-bondong datang menumpahkan berton-ton mesiu.
Kata orang, negeri itu dulu pernah punya Syaikh Ahmad Khatib Al-Minangkabawi dan Syaikh Nawawi Al-Bantani, Sang Imam Besar Masjidil Haram.
Kata orang, negeri itu dulu pernah punya Soekarno, Sang Pemimpin Besar Revolusi, pencetus Non Alignment Movement, dan pendiri New Emerging Forces.
Kata orang, negeri itu dulu pernah punya Hatta, Sjahrir, Tan Malaka, Agus Salim, Sudirman, Diponegoro, Kartini, Cut Nyak Dien, Hasanuddin, Ki Hajar Dewantara, dan ratusan lagi Pahlawan Nasional, serta jutaan pahlawan yang tak bergelar.
Kata orang, negeri itu dulu pernah memiliki angkatan perang yang paling ditakuti oleh Barat pada 1960-an.
Kata orang, negeri itu dulu pernah menduduki peringkat ke-2 Asian Games 1962.
Kata orang, negeri itu dulu pernah mencapai swasembada pangan pada 1987.
Kata orang, masih ada bergudang cerita tentang negeri itu.
Tapi itu dulu.
Sekarang, negeri itu tak lebih daripada sebuah wilayah yang dihuni oleh sekumpulan masyarakat patologis.
Dan, masih kata orang, negeri itu kini bernama Indonesia.
***
Ngaliyan, 24 Oktober 2010