Tentang Almarhum Sudrajat

***

“Dari mana, Bos?” sapaku ketika tahu bahwa yang datang ternyata Jajak. Sambil terus menghisap sebatang rokok, dia mengatakan dari rumah dan akan menuju Pondok Modern Selamat Kendal. Katanya, besok ada Shalat Id yang wajib diikuti oleh seluruh karyawan dan guru di sana.
“Saya kebagian jadwal piket tiga hari, Pak,” begitu jawabnya ketika ayahku menanyakan ihwal kedatangannya. Jadi, tanggal 1-3 Syawal dia akan berada di PMS Kendal. Setelah itu dia bisa pulang, liburan mungkin.
Beberapa saat kemudian ia mengeluarkan laptop dari tasnya. Aku sudah bisa menebak, pasti ada masalah yang ingin dia tanyakan seputar komputer. Dan memang akulah yang selama ini dipercaya olehnya jika dia mendapat masalah dalam hal komputer. Ternyata dia mengalami kesulitan untuk mengetik teks Arab di laptopnya. Setelah aku utak-atik beberapa saat, akupun menyerah. Kupanggil kakakku untuk mengatur setting Arab di laptopnya. Dan akhirnya beres.
Setelah itu yang terjadi antara kami berdua hanyalah obrolan ngalor-ngidul dan guyonan seperti biasanya. Kadang bicara pekerjaan. Kadang tentang jodoh. Kadang tentang masa depan. Dan dia ternyata juga menyinggung tentang bagaimana progress skripsiku.
Akhirnya, sekitar pukul delapan malam dia pamit pulang menuju PMS Kendal.
***
Itu tadi adalah rekaman pertemuan terakhirku dengan Jajak. Ya, malam itu, malam Jum’at, malam takbiran, yang ternyata tanpa kusangka menjadi saat terakhir kalinya pertemuanku dengan Jajak di dunia ini. Empat hari setelah itu kabar yang kuterima lewat SMS cukup untuk mengguncangkan seluruh saraf-saraf kesadaran dalam tubuh ini, bagaikan guntur menggelegar di siang terik, tanpa angin tanpa hujan.
Asep-lah yang pertama kali mengabarkan kepadaku tentang berita lelayu itu. Setelah kuverifikasi dan kupastikan validitasnya ke beberapa sumber ternyata memang benar, sahabatku itu, Sudrajat, yang baru delapan bulan menyandang gelar S.Pd.I., meninggal dunia.
Keesokan harinya, 14 September 2010, jenazahnya dimakamkan. Tepat tiga bulan sebelum ulang tahunnya yang ke-24. Ya, Jajak dilahirkan pada tanggal 14, dan dikuburkan tanggal 14 pula.
Satu hal yang tidak akan kulupakan seumur hidupku adalah dia bersedia pamitan kepadaku sebelum pergi untuk selamanya. Meskipun aku tidak pernah menyadarinya.

Ngaliyan, 20 September 2010

*) Tulisan ini dibuat untuk mengenang tujuh hari meninggalnya sang sahabat, Sudrajat, S.Pd.I. bin Supito.

Postingan Populer

Alas Tidur Nabi

Keluarga sebagai Akar Peradaban

Menggabungkan Beberapa File PDF Menjadi Satu

Repot*)

Gunungtawang (Jilid 7)

Segalanya Akan Kembali Kepada-NYA

Menelusuri Jejak Bung Karno: Bandung (1)

Siklus 700 Tahun

Akhbaruz Zaman