Tiap-Tiap yang Bernyawa Akan Merasakan Mati
untuk:
Arie Wibowo, yang telah pulang ke asalnya.
***
Kawan,
kematian itu tidak ada.
Term
(istilah) “mati” diciptakan semata-mata untuk mengimbangi adanya kata “hidup”.
Inilah yang disebut hukum alam. Segala sesuatu selalu diciptakan
berpasang-pasangan. Manusia tidak akan merasakan dingin sebelum mencecap panas.
Manusia tidak akan menjumpai pagi sebelum menemui malam. Manusia juga tidak
dapat disebut sakit kecuali pernah sehat terlebih dulu. Salah satunya tidak
lebih baik dari yang lain. Pun juga tidak lebih buruk dari yang lain.
Kematian
diciptakan agar manusia senantiasa mensyukuri Kehidupan.
Kehidupan
diciptakan agar manusia senantiasa mengingati Kematian.
Dulu,
ketika masih di bangku sekolah, kita pernah mendapatkan pelajaran tentang Hukum
Kekekalan Energi. Masih ingat bunyinya? Kalau masih ingat, tentunya kita akan
mafhum bahwa: kematian itu tidak ada.
Hukum
Kekekalan Energi:
“Energi
tidak dapat diciptakan. Energi tidak dapat dimusnahkan. Energi hanya dapat
berubah dari satu bentuk ke bentuk lainnya.”
Satu-satunya
sumber energi adalah Zat Tuhan. Dia ada tanpa ada yang menciptakan. Karena Dia
bukanlah ciptaan, maka Zat Tuhan tidak terikat dengan ruang dan waktu. Karena
Dia adalah satu-satunya sumber energi, maka Dialah satu-satunya yang bisa
menciptakan sesuatu.
Sesuatu
tidak dapat disebut ciptaan tanpa ada yang menciptakan. Oleh karena itu, Tuhan
menciptakan sesuatu, agar Dia dapat disebut sebagai Pencipta.
Dan,
ciptaan itu diciptakan, tidak lain tidak bukan, dari Zat Tuhan sendiri.
Semua
ciptaan Tuhan mempunyai keterikatan akan ruang dan waktu. Segala sesuatu yang
berada dalam ruang dan waktu, sudah pasti memiliki masa edar. Dengan lain
perkataan, semua ciptaan Tuhan mempunyai usia. Jika masa usianya sudah habis, ciptaan
Tuhan itu tidak musnah, melainkan akan berubah wujud ke bentuk lainnya.
Perubahan
wujud ini niscaya sudah pasti terjadi. Hal ini dikarenakan tiap-tiap wujud
disesuaikan dengan ruang tempat wujud itu bernaung. Pun dalam wujud dan tempat
barunya, ciptaan tetap akan memiliki usia. Demikian seterusnya, sampai tiba
masa yang telah ditentukan-Nya.
Meskipun
ciptaan itu berubah bentuk, berpindah tempat, dan berada dalam ruang (dimensi)
yang berbeda, ciptaan Tuhan tersebut masih memiliki keterikatan dengan waktu.
Dan, dikarenakan masih memiliki keterikatan dengan waktu itu, maka kelak, kita
(semua ciptaan Tuhan dari awal sampai akhir) akan dapat saling dipertemukan di
suatu tempat. Tentunya kau masih ingat kisah ketika Kanjeng Nabi di-Isra’-Mi’raj-kan.
Beliau dapat bertemu dengan para nabi pendahulunya, dan Beliau juga dapat melihat
kondisi umatnya di akhir zaman.
Jika
Tuhan kelak sudah menghendaki, semua ciptaan-Nya pada akhirnya akan ditarik
kembali kepada Zat Nya. Ciptaan-ciptaan itu akan pulang, menyatu kembali dengan
tempat mereka dulu berasal.
Jadi,
kematian itu hanyalah sebuah proses perubahan bentuk, yang akan dirasakan oleh
tiap-tiap ciptaan-Nya. Sehingga tidak perlu melarutkan diri dalam duka. Toh nanti
bertemu lagi.
Demikianlah
rasionalisasi Hukum Kekekalan Energi, menurut pendapat saya.
Kawan,
di sana, engkau telah mengetahui apa yang tidak aku ketahui.
***
Segaran,
7 September 2012