Bangsa Pembebas

***

Adipati Unus memimpin 300-an kapal perang ke Selat Malaka dengan satu tujuan: menggempur Portugis untuk membebaskan tanah Melayu dari imperialisme.

Jarak pelabuhan Demak di pantai utara Jawa Tengah dengan tanah Melayu terhampar ribuan kilometer. Hanya perjalanan lautlah satu-satunya cara tercepat untuk mencapai Malaka. Dibutuhkan waktu yang lama dan curahan tenaga yang besar pula untuk sampai ke sana.

Kalau tidak karena dorongan perasaan senasib sepenanggungan dengan saudara-saudara se-Nusantara, beliau tidak akan rela mengorbankan nyawanya sendiri di negeri seberang.

***

Sultan Agung Hanyakrakusuma pernah dua kali mengirimkan pasukan menyerbu VOC di Batavia berupaya membebaskan kota terpenting di bumi Nusantara.

Susah payah pasukan Mataram untuk mencapai Batavia. Perjalanan darat dari ibukota Mataram ke Batavia membutuhkan perjuangan yang berat dan waktu yang lama. Belum lagi kurangnya perbekalan dan wabah penyakit yang harus mereka derita.

Kalau tidak karena dorongan ingin membebaskan Nusantara dari kangkangan kolonialisme, beliau tidak akan susah payah mengirimkan puluhan ribu angkatan perangnya hanya untuk menderita dua kali kalah perang di Batavia.

***

Soekarno, melalui Proklamasi, membebaskan jiwa-jiwa rakyat Indonesia dari belenggu inferioritas.

Pagi itu fisik Bung Karno amat sangat kepayahan. Beberapa jam sebelum beliau membacakan teks mahapenting itu, lengan BK dihunjam anestesi penghilang rasa sakit agar kondisinya tidak bertambah parah, setelah terserang demam dan malaria akibat kurang tidur berhari-hari.

Kalau bukan karena dorongan ingin menumbuhkan sifat tidak mudah menyerah dengan keadaan kepada bangsanya, beliau tidak akan sanggup berdiri pagi itu di bawah kibaran merah-putih di Pegangsaan Timur 56.

***

Sudirman menyetujui rencana Hamengkubuwono IX agar TNI membebaskan selama lima jam ibukota sementara republik, Jogjakarta, dari dekapan Belanda.

Zaman itu, teknologi angkatan perang kita yang baru seumur jagung, tidak ada apa-apanya dengan angkatan perang Belanda. Bahkan, Sang Panglima sendiri, selain harus terus mengobarkan semangat juang kepada pasukannya, beliau harus berjuang hidup bergerilya dengan hanya sebelah paru-paru.

Kalau tidak karena dorongan ingin membebaskan tanah airnya, dan menunjukkan kepada dunia bahwa negeri ini masih ada, beliau pasti sudah menyerah dengan keterbatasannya.

***

Itu hanya segelintir nama..
Dari jutaan pahlawan pembebas bangsa yang dimiliki negeri ini..

***

Para pendahulu kita mengajarkan kepada kita, bahwa bangsa ini adalah bangsa pembebas. Bangsa ini harus menjadi motor penggerak gerakan pembebasan. Bangsa ini harus mampu menjadi garda terdepan untuk membebaskan kaum-kaum yang sampai saat ini masih tertindas di negerinya sendiri.

Bahkan jika kita melihat lebih jauh lagi, akan tampaklah bahwa orang-orang besar utusan Allah adalah para pembebas, tidak hanya bagi bangsanya sendiri, namun mereka juga mampu membebaskan bangsa-bangsa lain.

Nuh (’alaihissalam) membebaskan kaumnya dari kebebalan ratusan tahun.
Ibrahim (’alaihissalam) membebaskan kaumnya dari Namrud.
Musa (’alaihissalam) membebaskan kaumnya dari Fir’aun.
Isa putra Maryam (’alaihissalam) kelak pada akhir zaman akan membebaskan manusia dari Dajjal.
Muhammad (shallallahu ’alaihi wasallam) membebaskan seluruh umat manusia dari perbudakan dan penghambaan kepada selain Allah.

***

Dan...
yang paling dekat dengan kita..
tentang Ibu, Ayah, dan guru-guru kita,
yang membebaskan kita dari kebodohan dan ketidaktahuan...

***

Weltevreden, September 2016

Postingan Populer

Alas Tidur Nabi

Keluarga sebagai Akar Peradaban

Menggabungkan Beberapa File PDF Menjadi Satu

Repot*)

Gunungtawang (Jilid 7)

Segalanya Akan Kembali Kepada-NYA

Menelusuri Jejak Bung Karno: Bandung (1)

Siklus 700 Tahun

Akhbaruz Zaman