Percaya Buta

***

Seorang wanita pedagang kertas berkata kepada saya.
Begitu percayanya kita ketika membeli kertas satu rim.
Sampai-sampai kita tidak perlu menghitung apakah jumlah kertas yang kita beli memang benar-benar berjumlah lima ratus lembar.

Seorang wanita kasir minimarket berkata kepada saya.
Begitu percayanya kita dengan hitungannya.
Sampai-sampai kita kadang tidak melihat dan menghitung kembali struk pembayaran yang kita terima apakah sesuai dengan apa yang kita beli.

Seorang wanita penjual bensin berkata kepada saya.
Begitu percayanya kita ketika membeli bensin, entah eceran di lapak tepi jalan atau di SPBU.
Sampai-sampai kita tidak perlu mengecek apakah jumlah bensin yang kita beli memang benar-benar sesuai takaran.

Seorang wanita di ibukota sana berkata kepada saya.
“Maaf mas, saya cerewet. Saya sering lupa. Saya merasa mas adalah teman dekatku dari dulu...”
Begitu percayanya dia kepada saya.
Padahal jumlah bilangan bulan kami saling kenal belum melebihi jumlah jari sebelah tangan.

***

Percaya buta itu memang nyata
Karena hati masih bisa meraba
Tidak semua hal harus bisa dicandra
Lebih utama memperbesar rasa
Laksana sabda Kanjeng Nabi kita
Tentang ajaran agama untuk berbaik sangka
Kepada sesama dan Sang Mahakuasa

***
Kota Seribu Sungai, Oktober 2016

Postingan Populer

Alas Tidur Nabi

Keluarga sebagai Akar Peradaban

Menggabungkan Beberapa File PDF Menjadi Satu

Repot*)

Gunungtawang (Jilid 7)

Segalanya Akan Kembali Kepada-NYA

Menelusuri Jejak Bung Karno: Bandung (1)

Siklus 700 Tahun

Akhbaruz Zaman