Sebaik-Baik Kalian

***

Suatu hari Kanjeng Nabi Muhammad (shallallahu ’alaihi wasallam) pernah berkata kepada sahabatnya, “Sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi orang lain.”

Di saat yang lain Rasulullah mengatakan, “Sebaik-baik di antara kamu sekalian, adalah yang mempelajari Al-Qur’an dan mengajarkannya.”

Pada lain kesempatan, Beliau mengabarkan, bahwa “Sebaik-baik kalian adalah yang paling baik kepada istrinya.”

Saat ditanya oleh sahabatnya, tentang amalan apa yang paling baik, Beliau bersabda, “Shalatlah pada waktunya!” Dengan pertanyaan yang sama pernah juga Nabi menjawab, “Berbaktilah kepada ibumu dan ayahmu!” Namun pada kali lain, masih dengan pertanyaan yang sama pula, Beliau mengatakan, “Berjihadlah di jalan Allah!”

Suatu waktu Nabi juga pernah diberi pertanyaan tentang kriteria orang yang baik, maka Beliau mengatakan, bahwa “Sebaik-baik kalian adalah yang orang lain selamat dari kejahatan lisan dan tangannya.”

***

Mungkin yang bertanya kepada Beliau adalah orang yang keberadaan tenaga dan hartanya kurang memberi manfaat bagi umat, sehingga muncul sabda Rasulullah, “Sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi orang lain.”

Kepada orang yang enggan mempelajari Al-Qur’an, atau orang yang menguasai Al-Qur’an namun enggan mengajarkan kepada yang lainnya, maka muncullah titahnya, “Sebaik-baik di antara kamu sekalian, adalah orang yang mempelajari Al-Qur’an dan mengajarkannya.”

Atau mungkin pernah ada seorang wanita mengadukan kepada Beliau mengenai suaminya yang sering berperangai kasar dalam membina rumah tangga. Oleh karena itulah, Beliau menasehatkan, “Sebaik-baik kalian adalah yang paling baik kepada istrinya.”

Ketika ada sahabat yang bertanya tentang amalan apa yang paling baik, dan Nabi mengetahui bahwa si penanya kurang disiplin dalam melaksanakan sembahyang lima waktu, Beliau pun menjawab, bahwa sebaik-baik amalan adalah, “Shalatlah pada waktunya!”

Pun demikian pertanyaan yang sama diajukan kepada Beliau, dan Nabi juga tahu bahwa si penanya masih mempunyai ibu-bapak, maka beliau memberitahukan, bahwa sebaik-baik perbuatan adalah, “Berbaktilah kepada ibumu dan ayahmu!”

Masih dengan pertanyaan yang sama pula, namun kali ini yang bertanya adalah orang yang masih enggan untuk berangkat ke medan pertempuran, maka Beliau pun memberikan motivasi, bahwa sebaik-baik ibadah adalah, “Berjihadlah di jalan Allah!”

Dan ketika yang bertanya kepada Beliau adalah orang yang dikenal sering menyakiti orang lain dengan lisan ataupun tangannya, maka Nabi menasehatkan kepadanya, “Sebaik-baik kalian adalah yang orang lain selamat dari kejahatan lisan dan tangannya.”

***

Shallu ’alan Nabi...

***

Jakarta, Ahad Pungkasan Candra Kadasa 2016, 01.45 WIB

***

NB: Tulisan ini disusun setelah dibongkar kembali dari ingatan penulis, untuk mengenang kuliah Ilmu Hadits semester V tahun 2007, yang diampu oleh pakar hadits UIN Walisongo Semarang, Dr. Ahmad Hasan Asy’ari Al-Ulama’i, M.Ag.

Postingan Populer

Alas Tidur Nabi

Keluarga sebagai Akar Peradaban

Menggabungkan Beberapa File PDF Menjadi Satu

Repot*)

Gunungtawang (Jilid 7)

Segalanya Akan Kembali Kepada-NYA

Menelusuri Jejak Bung Karno: Bandung (1)

Akhbaruz Zaman

Siklus 700 Tahun