Suku, Ras, Antargolongan

***

Keluarga Bilal bin Rabah berasal dari Ethiopia.
Dialek dan logatnya dalam berbahasa kemungkinan berbeda dengan kebiasaan orang-orang asli Arab.
Walakin, beliau adalah pemilik suara termerdu pada masanya.
Istimewanya, Kanjeng Nabi s.a.w. sangat respek dan menyayanginya, pun demikian para sahabatnya.
Sebuah hubungan yang meniadakan segala aspek perbedaan suku dan ras.
Ketika Rasulullah s.a.w. sendiri menyatakan, “Aku mendengar suara sandalmu di surga,” kaki mereka semua masih menapak jazirah Arab yang terik itu.
Bahkan sampai Baginda Nabi s.a.w. meninggal, ianya adalah muadzin andalan seantero Makkah-Madinah.
Penyematan gelar “bilal” kepada orang-orang yang mengumandangkan adzan menandakan pemuliaan Allah kepada “bekas budak dari Abyssinia” itu.

Sementara kita…
Terbentang ruang dan waktu sangat jauh, berjarak dari generasi terbaik yang sangat menyejarah tersebut; generasi yang dengan mata kepala sendiri menyaksikan kalam-kalam Allah diturunkan ayat-demi-ayat.

Ironisnya, kita merasa paling benar praktik ibadahnya.
Tidak sealiran, kafir.
Selain kelompok saya, sesat.
Beda dengan kita, bid’ah.
Etnis lain, salah.
Dengan sebelah telapak sandal jepitnya Bilal saja, wajah kita tidak ada apa-apanya.

Dus, masih hobi mengkafir-sesat-bid'ah-salahkan saudara seakidah?

***
Shafar 1440

Postingan Populer

Alas Tidur Nabi

Menggabungkan Beberapa File PDF Menjadi Satu

Keluarga sebagai Akar Peradaban

Repot*)

Gunungtawang (Jilid 7)

Siklus 700 Tahun

Segalanya Akan Kembali Kepada-NYA

Menelusuri Jejak Bung Karno: Bandung (1)

Neraka di Bawah Telapak Kaki Ibu